BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
melakukan budidaya tanaman selalu ada hambatan yang mengganggu tercapainya
hasil secara maksimal dalam hal kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebab
adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Organisme pengganggu
yang paling dominan dan sering dijumpai pada umumnya adalah Hama, Penyakit dan
Gulma. Salah satu OPT yang dianggap penting adalah gulma. Gulma adalah tumbuhan
pengganggu yang tumbuh ditempat dan waktu yang tidak dikehendaki. Meskipun
demikian di Indonesia kerugian tanaman akibat gulma kurang disadari oleh petani
maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian, hal ini dikarenakan kerugaian
akibat gulma berbeda dengan organisme pengganggu tanaman lainnya (hama dan
penyakit) yang secara visual dapat kita lihat pengaruh serangannya demikian
drastis pada tanaman, sedangkan gulma menyerang perlahan tapi pasti melalui
kompetisi terhadap air, unsur hara, cahaya dan ruang tumbuh.
1.1 Herbisida
Herbisida (dari bahasa Inggris
herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian
untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil
(gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian.
Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena
kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau
keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan
keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian
tumbuhan "asing" ini (Anonimos, 2010a).
Cara yang paling efektif dalam
pengendalian gulma adalah dengan menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan
cara pengendalian lainnya. Keuntungan penggunaan herbisida yaitu : a)
Menggunakan herbisida menghemat tenaga, b) Herbisida dapat digunakan dalam
keadaan lingkungan apapun. Sedangkan kerugian herbisida adalah : menggunakan
herbisida yang sama terus menerus dapat mengakibatkan berkembangnya gulma,
khususnya jenis tahunan yang sulit dikendalikan dengan herbisida (Sebayang,
2005).
1.2 Model Kerja Herbisida
(Mode of Action)
Model kerja herbisida pada tumbuhan yang
ditunjukkan dengan kematian atau penghambatan dalam pertumbuhan gulma terjadi
melalui beberapa cara, yaitu: 1) menghambat fotosintesis ; 2) menghambat
respirasi ; 3) menghambat perkecambahan ; 4) menghambat pertumbuhan dan 5)
menghambat sintesis protein.
Herbisida yang menghambat perkecambahan
akan menghambat perkembangan titik tumbuh kecambah (koleoptil), misalnya herbisida karbamat dan tiokarbamat. Herbisida
yang menghambat fotosintesis mengganggu fase reaksi cahaya. Hal ini terutama
terjadi pada herbisida yang dipakai melalui akar, misalnya herbisida triazin,
urasil, amida dan turunan urea. Herbisida yang menghambat respirasi mencegah
pembentukan ATP dalam proses respirasi, misalnya herbisida dinitrofenol dan
turunan arsen. Herbisida yang menghambat pertumbuhan menyebabkan pembesaran
yang tidak teratur atau penyumbatan pada seluruh saluran pembuluh gulma,
misalnya herbisida picloram dan dicamba. Herbisida yang menghambat sintesis
protein menyebabkan denaturasi dan pengendapan protein, misalnya herbisida
dalapon dan TCA.
Pada penggunaan herbisida di pertanaman,
aspek selektivitas penting diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penyemprotan. Perlu diperhatikan bahwa dalam penyemprotan yang akan dimatikan
atau dihambat pertumbuhannya adalah gulma yang memiliki bentuk wujud atau
morfologi dan fisiologi yang sama dengan tanaman. Selektivitas menunjukkan
keamanan herbisida bagi tanaman dan keefektifan herbisida terhadap golongan
gulma tertentu atau spesies tertentu. Selektivitas merupakan interaksi antara
tumbuhan dengan herbisida yang mencakup aspek morfologi, absorbsi, translokasi,
biokimia dan teknik.
Perbedaan struktur morfologi tumbuhan
dapat menyebabkan perbedaan respon terhadap herbisida, misalnya tumbuhan
dikotil lebih peka terhadap herbisida kontak dibandingkan tumbuhan monokotil
yang titik tumbuhnya lebih di dalam batang. Tanaman berumur tahunan lebih tahan
terhadap herbisida karena kulit batang yang telah menebal dibandingkan tanaman
semusim yang lebih lunak.
Faktor absorbsi membedakan tumbuhan yang
berdaya absorbsi cepat, lambat atau tidak mengabsobsi. Absorbsi berlangsung
melalui akar, batang dan daun. Herbisida dikatakan efektif jika mampu menembus
lapisan kutikula dan epidermis.
Translokasi
merupakan faktor penting untuk gulma dengan propagul dalam tanah (rhizome,
umbi). Jika herbisida dapat ditranslokasikan maka penyemprotan di atas tajuk
dapat mematikan gulma sampai bagian jaringan yang berada di dalam tanah.
Translokasi berlangsung melalui phloem (simplas), xylem (apoplas) dan ruang
antar sel. Faktor biokimia dalam pengertian selektivitas adalah kesanggupan
tumbuhan tertentu untuk mengubah zat toksik menjadi tidak toksik dan sebaliknya
dengan bantuan katalisis (enzim) atau tidak. Faktor teknik merupakan
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan selektivitas herbisida.
1.3 Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses
biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk
memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir
semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di
atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos
berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu
cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat
(difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang
ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang
dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (wikipedia, 2009).
Fotosintesis terjadi di kloroplast. Membran dalam kloropas, membran tilakoid ada penerusan dari lapisan fosfolipid bilayer yang diatur menjadi kantung-kantung pipih yang ditumpuk jadi satu. Struktur tumpukan ini dinamakan grana. Stroma adalah lingkaungan di sekitar tilakoid berisi cairan semi-liquid. Grana dan membran tilakoid mengandung klorofil sedangkan stroma mengandung banyak enzim untuk reaksi pembentukan senyawa organik. Pada membran tilakoid, pigmen fotosintesis dijajarkan bersama membentuk fotosistem.
Fotosintesis terbagi atas 2 reaksi yaitu reaksi terang atau reaksi bergantung cahaya dan reaksi gelap atau reaksi tidak bergantung cahaya.
Fotosintesis terjadi di kloroplast. Membran dalam kloropas, membran tilakoid ada penerusan dari lapisan fosfolipid bilayer yang diatur menjadi kantung-kantung pipih yang ditumpuk jadi satu. Struktur tumpukan ini dinamakan grana. Stroma adalah lingkaungan di sekitar tilakoid berisi cairan semi-liquid. Grana dan membran tilakoid mengandung klorofil sedangkan stroma mengandung banyak enzim untuk reaksi pembentukan senyawa organik. Pada membran tilakoid, pigmen fotosintesis dijajarkan bersama membentuk fotosistem.
Fotosintesis terbagi atas 2 reaksi yaitu reaksi terang atau reaksi bergantung cahaya dan reaksi gelap atau reaksi tidak bergantung cahaya.
Reaksi terang terjadi di grana,
persisnya di membran tilakoid. Reaksi terang menggunakan 2 fotosistem yang
berhubungan. Fotosistem I menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm maka
disebut P700, berfungsi untuk menghasilkan NADPH. Fotosistem II menyerap cahaya
dengan panjang gelombang 680 nm maka disebut P680, berfungsi untuk membuat
potensial oksidasi cukup tinggi sehingga bisa memecah air. Bila bekerja
bersama, 2 fotosistem ini melakukan proses fotofosforilasi non-siklik yang
menghasilkan ATP dan NADPH. Fotosistem I mentransfer elektron ke NADP+ untuk
membentuk NADPH. Kehilangan elektron digantikan oleh elektron dari fotosistem
II. Fotosistem II dengan potensial oksidasinya yang tinggi dapat memecah air
untuk menggantikan elektron yang ditransfer ke fotosistem I. Kedua fotosistem
ini dihubungkan oleh kompleks pembawa elektron yang disebut sitokrom/komplek
b6-f. Kompleks ini menggunakan energi dari pemindahan elektron untuk
memindahakan proton dan mengaktifkan gradien proton yang digunakan oleh enzim
ATP sintase.
Saat pusat reaksi Fotosistem II menyerap foton, elektron tereksitasi pada molekul klorofil P680, yang mentransfer elektron ini ke akseptor elektron. P680 teroksidasi melepaskan elektron dari kulit terluar atom Mg. Atom Mg yang teroksidasi dengan bantuan enzim pemecah air, melepaskan elektron dari atom oksigen dari 2 molekul air. Proses ini membuat P680 menyerap 4 foton untuk melengkapi oksidasi 2 molekul air dan menghasilkan 1 oksigen. Elektron yang tereksitasi dibawa oleh plastoquinon dan kemudian diterima oleh kompleks b6-f. Kehadiran elektron menyebabkan kompleks memompa proton ke celah tilakoid, kemudian elektron dibawa oleh plastosianin ke fotosistem I.
Pusat reaksi fotosistem I menyerap foton maka elektronnya tereksitasi. ”Lubang” yang ditinggal elektron segera ditempati oleh elektron dari Fotosistem II, sedangkan elektron yang tereksitasi tersebut ditangkap oleh ferredoxin. Ferredoxin tereduksi membawa elektron dengan potensial yang tinggi kemudian ditangkap oleh NADP+ untuk membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim NADPH reduktase. Enzim ATP sintase menggunakan gradien proton yang tercipta saat tranpor elektron untuk mensintesis ATP dari ADP + Pi.
Saat pusat reaksi Fotosistem II menyerap foton, elektron tereksitasi pada molekul klorofil P680, yang mentransfer elektron ini ke akseptor elektron. P680 teroksidasi melepaskan elektron dari kulit terluar atom Mg. Atom Mg yang teroksidasi dengan bantuan enzim pemecah air, melepaskan elektron dari atom oksigen dari 2 molekul air. Proses ini membuat P680 menyerap 4 foton untuk melengkapi oksidasi 2 molekul air dan menghasilkan 1 oksigen. Elektron yang tereksitasi dibawa oleh plastoquinon dan kemudian diterima oleh kompleks b6-f. Kehadiran elektron menyebabkan kompleks memompa proton ke celah tilakoid, kemudian elektron dibawa oleh plastosianin ke fotosistem I.
Pusat reaksi fotosistem I menyerap foton maka elektronnya tereksitasi. ”Lubang” yang ditinggal elektron segera ditempati oleh elektron dari Fotosistem II, sedangkan elektron yang tereksitasi tersebut ditangkap oleh ferredoxin. Ferredoxin tereduksi membawa elektron dengan potensial yang tinggi kemudian ditangkap oleh NADP+ untuk membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim NADPH reduktase. Enzim ATP sintase menggunakan gradien proton yang tercipta saat tranpor elektron untuk mensintesis ATP dari ADP + Pi.
Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula
dari CO2
yang terjadi di stroma. Berbeda dengan reaksi terang, reaksi gelap atau reaksi
tidak bergantung cahaya bisa terjadi pada saat siang dan malam, namun pada
siang hari laju reaksi gelap tentu lebih rendah dari laju reaksi terang. Reaksi gelap pada tumbuhan dapat
terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus
Hatch-Slack.
Reaksi gelap dimulai dengan pengikatan
atau fiksasi 6 molekul CO2 ke 6 molekul
gula 5 karbon yaitu ribulosa 1,5 bifosfat, dikatalisis oleh enzim ribulosa
bifosfat karboksilase/oksigenase(rubisco) yang kemudian membentuk 6 molekul
gula 6 karbon. Molekul 6 karbon ini tidak stabil maka pecah menjadi 12 molekul
3 karbon yaitu 3 fosfogliserat. 3 fosfogliserat kemudian difosforilasi oleh 12
ATP membentuk 1,3 bifosfogliserat. 1,3 bifosfogliserat difosforilasi lagi oleh
12 NADPH membentuk 12 molekul gliseradehida 3 fosfat/PGAL. 2 PGAL digunakan
untuk membentuk 1 molekul glukosa atau jenis gula lainnya, sedangkan 10 molekul
lainnya difosforilasi oleh 6 ATP untuk kembali membentuk 6 molekul Ribulosa 1,5
bifosfat. Proses pengikatan CO2 ke RuBP disebut fiksasi, proses pemecahan
molekul 6 karbon menjadi molekul 3 karbon disebut reduksi dan proses
pembentukan kembali RuBP dari PGAL disebut regenerasi.
Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3. Kebanyakan tumbuhan menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3.
Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3. Kebanyakan tumbuhan menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3.
Untuk beberapa tumbuhan, mereka terpaksa
melakukan fotosintesis dengan cara yang sedikit berbeda karena kondisi
lingkungan. RuBP, alih-alih mengikat CO2, justru mengikat O2 sehingga berubah
menjadi glikolat dan terurai. Proses ini disebut fotorespirasi. Saat fiksasi
karbon, CO2 dan O2 berkompetisi untuk berikatan dengan RuBP. Pada kondisi
normal bersuhu 25 C, 20% fiksasi karbon untuk fotosintesis hilang karena
fotorespirasi. Kemungkinan makin meningkat saat kondisi panas, kering dan stomata
menutup di siang hari untuk menyimpan air. Kondisi ini menyebabkan CO2 tidak
bisa masuk dan O2 tidak bisa keluar sehingga terjadi fotorespirasi. Untuk
menanggulangi hal tersebut, maka tanaman mengikatkan CO2 ke
fosfoenolpiruvat(PEP), dikatalisis oleh PEP karboksilase dan membentuk senyawa
4 karbon, biasanya oksaloasetat. Mekanisme ini disebut mekanisme C4. Pengikatan
ini terjadi disel mesofil. Oksaloasetat kemudian berubah menhadi malat yang
memasuki sel seludang dan disanalah malat melepaskan CO2 untuk memulai siklus
Calvin. Mala berubah menjadi piruvat yang keluar menuju sel mesofil, berubah
menjadi PEP untuk berikatan lagi dengan CO2. Contoh tumbuhan C4 yaitu jagung.
Mekanisme fotosintesis lainnya yaitu CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tumbuhan CAM melakukan persis sama yang dilakukan tumbuhan C4 namun peristiwanya terjadi di sel mesofil dan fiksasi CO2 menggunakan PEP di malam hari dan sikuls Calvin terjadi di siang hari (Sherenity, 2009)
Mekanisme fotosintesis lainnya yaitu CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tumbuhan CAM melakukan persis sama yang dilakukan tumbuhan C4 namun peristiwanya terjadi di sel mesofil dan fiksasi CO2 menggunakan PEP di malam hari dan sikuls Calvin terjadi di siang hari (Sherenity, 2009)
Berikut adalah beberapa faktor utama
yang menentukan laju fotosintesis:
1. Intensitas
cahaya
Laju
fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi
karbon dioksida
Semakin banyak
karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan
tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis
3. Suhu
Enzim-enzim yang
bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya.
Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga
batas toleransi enzim.
4. Kadar
air
Kekurangan air
atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon
dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar
fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar
fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila
kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan
berkurang.
6. Tahap
pertumbuhan
Penelitian
menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang
berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan
berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh
(wikipedia2, 2009)..
Reaksi
fotosintesis :
6H2O+6CO2 Sinar matahari C6H12O6+6O2
Klorofil
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 MoA penghambat
fotosintesis
Herbisida golongan ini
mengganggu proses fotosintesa yaitu proses konversi energi cahaya dalam tanaman
(daun) menjadi makanan. Herbisida yang menghambat fotosintesis mengganggu fase
reaksi cahaya. Hal ini terutama terjadi pada herbisida yang dipakai melalui
akar, misalnya herbisida triazin, urasil, amida dan turunan urea.
2.2 Karakteristik herbisida
dengan MoA penghambat fotosintesis
·
Kebanyakan berupa
herbisida pre-emergence
·
Beberapa mempunya
kemampuan sebagai post-emergence
·
Lewat tanah→translokasi
sistemik
·
Residual efek
tergantung dari jenis herbisida
2.3 Gejala
·
Gejala kekuningan
disertai dengan matinya jaringan tanaman dari sisi luar daun
·
Jika diaplikasikan pada
post-emergence, jaringan tanaman cepat terbakar
·
Tanaman yang toleran
saat diaplikasi pada post-emergence menyebabkan spot kekuningan dan mengkerut
2.4 Mekanisme kerja MoA
penghambat fotosintesis
·
Herbisida
penghambat fotosintesis ini mengganggu dalam reaksi cahaya
·
Terjadi gangguan pada
reaksi pemecahan air (Hill reaction) yang menghambat pembentukan energi,
sehingga tumbuhan tidak dapat berkembang
·
Reaksi cahaya tersebut
ditandai dengan evolusi oksigen dan pembentukan energi asimilasi yang
dibutuhkan dalam reaksi gelap dalam bentuk NADPH dan ATP
·
Dibagi menjadi reaksi I
(fotosistem I) dan reaksi II (fotosistem II)
Herbisida yang
menghambat atau memodifikasi fotosintesis dapat diklasifikasikan menjadi:
penghambat transpor elektron, penghambat transfer energi, penghambat pelepasan,
dan akseptor elektron. Fiksasi karbon dioksida dalam fotosintesis dan asimilasi
bukan fokus utama dari penghambatan herbisida. Dari jumlah tersebut, hanya dua
mekanisme biokimia telah jelas menunjukkan untuk menjadi kepentingan utama
dalam aksi herbisida dalam fotosintesis yaitu penghambatan transpor elektron PS
II dan pengalihan transfer elektron melalui PS I.
Penghambat transpor elektron PS II
memiliki berbagai golongan kimia yaitu fenol, nitril, pyridazinones, dll.
Sementara semua kelompok-kelompok ini menghambat transpor elektron, mereka
memiliki mode kerja yang berbeda-beda. Nitrophenols dan fenol memiliki
pelepasan aktivitas, sedangkan menghambat pyridazinones biosintesis lipid dan
karotenoid.
Herbisida menghalangi aliran
elektron melalui PS
II dan dengan
demikian juga secara tidak langsung menghalangi
transfer energi
eksitasi dari
molekul klorofil
ke pusat reaksi PS
II. Molekul
klorofil bersemangat (singlet klorofil, yaitu 1chl) secara spontan dari klorofil triplet (3chl) melalui transformasi energi non-radiasi klorofil, yang dikenal sebagai intersystem crossing (ISC), seperti
yang ditunjukkan pada
gambar di bawah. 3chl (triplet klorofil) bereaksi dengan molekul oksigen dari oksigen singlet (1O2).
Triplet klorofil
(3chl ) dan singlet oksigen (1O2 ) dapat memsisahkan hidrogen dari
lipid tak jenuh, menghasilkan lipid radikal
dan memulai
rantai peroksidasi
lipid. Lipid dan
protein kemudian
teroksidasi, yang
mengakibatkan hilangnya
klorofil dan karotenoid dan
kebocoran membran,
yang memungkinkan sel-sel
dan organel
sel cepat kering dan
mati.
2.5
Contoh jenis herbisida penghambat
fotosintesis
- Paraquat
Paraquat
digunakan untuk mengendalikan gulma dengan pengaruh kontak, penyerapannya
melalui daun sangat cepat sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan. Senyawa
ini mempengaruhi sistem fotosintesis khususnya mengubah aliran elektron dalam
tumbuhan gulma. Umumnya pembentukan klorofil dihambat sehingga terjadi
klorosis. Sulfosat merupakan herbisida sistemik yang dapat mengendalikan gulma
berdaun lebar, berdaun sempit maupun alang-alang. Glyfosat merupakan herbisida
bersifat sistemik yang efektif mengendalikan gulma berdaun lebar dan sempit.
Cara kerja herbisida ini yaitu mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan
sintesa protein (menghambat pembentukan ikatan asam amino).
Paraquat merupakan salah satu herbisida
yang penggunaannya cukup luas. Paraquat merupakan herbisida kontak non selektif
yang diaplikasi ke daun. Penggunaan herbisida paraquat akan mempengaruhi proses
fotosintesis, yaitu menyebabkan aliran elektron ke NADP+ pada sistem cahaya I
(PS I) terhenti. Paraquat bertindak sebagai penerima elektron kemudian
mereaksikannya dengan oksigen membentuk superoksida (O2-) yang dapat merusak
komponen lipid dan membran kloroplas (Taiz & Zeiger 2002).
Beberapa tanaman toleran paraquat
memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah kerusakan yang terjadi akibat
paraquat, yaitu mereduksi pergerakan paraquat di daun, eksklusi herbisida dari
dalam sel dan menghambat translokasi paraquat ke jaringan daun muda (Fuerst et
al. 1985; Preston et al. 1992). Selain itu, beberapa tanaman memiliki sistem pertahanan
terhadap paraquat dengan cara detoksifikasi oksigen aktif yang terbentuk secara
enzimatis (Fuerst & Vaughn 1990).
- Triazines
a.
penggunaan :
Ametryn (Evik) untuk jagung
Atrazin untuk jagung dan sorgum
Cyanazine (Bladex) untuk jagung
Simazine (Princep) untuk jagung
Metribuzin (Lexone, Sencor) untuk
alfalfa dan kedelai
Hexazinone (Velpar) untuk alfalfa
b.
Gejala: penghambat Fotosintesis tidak menghambat bibit dari
berkecambah atau saat tumbuh. Gejala cedera hanya
terjadi setelah kotiledon dan daun pertama muncul. Gejala awal antara lain
daun yang menguning. Pada tumbuhan berdaun lebar, gejala menguning antara urat daun (klorosis
interveinal) dapat terjadi. Daun yang
lebih tua dan lebih besar akan
terpengaruh pertama karena mereka mengambil lebih banyak air dari larutan
herbisida dan itu adalah jaringan utama fotosintesis
tanaman. Jaringan daun terluka akhirnya akan berubah
menjadi cokelat dan mati. Karena
sifat kimia dari hubungan herbisida / tanah,
gejala cedera cenderung meningkat dengan meningkatnya pH tanah (lebih tinggi dari pH 7,2).
c.
Tempat terjadinya: D-1 protein kuinon-mengikat
transpor elektron fotosintetik.
·
Phenylureas
a.
Penggunaan: Linuron (Lorox) untuk kedelai dan jagung
Tebuthiuron (Spike) untuk rumput
padang rumput dan noncropland
b.
Gejala: Sama seperti untuk herbisida triazine.
c.
Tempat terjadinya: D-1 protein kuinon-mengikat transpor elektron fotosintetik.
·
uracils
a.
Penggunaan: Terbacil (Sinbar) untuk alfalfa
b.
Gejala: Sama seperti untuk herbisida triazina.
c.
Tempat terjadinya: D-1 protein kuinon-mengikat transpor elektron fotosintetik.
·
Benzothiadiazoles
a. Penggunaan:
Bentazon (Basagran) untuk kedelai, jagung, kacang kering, dan biji-bijian sorgum
b. Gejala:
Tanaman cedera terbatas
pada daun yang telah mengalami kontak dengan herbisida. Daun yang terkena akan
menjadi kuning atau perunggu
dan akhirnya berubah menjadi cokelat
dan mati. Gejalanya mirip dengan gejala yang disebabkan oleh
pengganggu membran sel. Minyak pada tanaman terkonsentrasi dan aditif lain dapat meningkatkan pengendalian gulma dan gejala cedera pada
tanaman.
c. Tempat
terjadi: D-1 protein kuinon-mengikat transpor
elektron fotosintetik.
·
Nitriles
- Penggunaan : Bromoxynil (Buctril) untuk gandum, jagung, dan alfalfa
- Gejala : gejala terlihat pada daun yang mengalami kontak dengan herbisida. Daun akan menguning, lalu menjadi kecoklatan dan mati. Kontak dengan herbisida dosis rendah akan menyebabkan adanya bercak di permukaan daun. Minyak tanaman dan aditif lain dapat meningkatkan gejalanya.
- Tempat terjadinya : D-1 quinone-mengikat protein dari transpor elektron fotosintesis
- Basagran dan Buctril
Basagran
dan Buctril digunakan
terutama sebagai postemergence. Basagran dan Buctril
adalah herbisida kontak yang tidak ditranslokasikan dalam tanaman. penyemprotan menyeluruh yang dapat menutupi seluruh permukaan daun
sangat penting untuk pengendalian gulma yang baik dengan herbisida
postemergence.
Tindakan
selektif herbisida triazin terutama ditentukan
oleh jalur metabolisme mereka dan tingkat detoksifikasi di sebuah tanaman tertentu. Spesies tanaman seperti jagung dan sorgum memiliki
enzim glutathione-S-transferase
dan dapat mematabolisme herbisida triazine menjadi zat
tidak beracun secara selektif. Tanaman dan gulma yang selektif terhadap herbisida urea seperti Lorox
terutama adalah karena penempatan
herbisida daripada metabolisme atau perbedaan toleransi
fisiologis pada spesies tanaman.
Gejala dari pengaplikasian melalui tanah tidak akan nampak
sampai fotosintesis dimulai. Tumbuhan daun lebar
yang rentan akan menunjukan gejala klorosis dan nekrosis interveinal sampai ke
tengah daun. Rumput rentan akan menjadi klorosis dan
nekrotik mulai dari ujung daun dan menuju dasar
daun. Gejala pada tanaman yang diberi Buctril dan
Basagran hanya akan terjadi bila daun telah mengalami kontak dengan semprotan
herbisida.daun yang diberi perlakuan menjadi kuning atau
perunggu dan setelah itu menjadi coklat dan mati.
Basagran dan Buctril adalah herbisida daun dan dapat tinggal
di lingkungan dalam waktu yang relatif singkat. Mereka tidak menimbulkan
ancaman lingkungan yang serius. Herbisida penghambat fotosintesis lainnya yang
diterapkan di tanah memiliki persistensi yang cukup lama didalam tanah.
Herbisida ini berpotensi mencemari baik air tanah dan permukaan air, jika tidak dikelola dengan baik.
Karena sifat-sifat dan penggunaan yang luas dalam produksi tanaman, atrazin
sering terdeteksi baik di air tanah maupun di permukaan air.
Mode of
Action pada Fotosintesis
Empat
jenis herbisida terutama mempengaruhi fotosintesis. Paraquat dan diquat
adalah anggota dari jenis pertama. Ketika energi dalam sinar matahari ditangkap oleh klorofil, energi ditransfer dalam aliran elektron melalui 'Fotosistem I'. Paraquat mengalihkan aliran ini mengakibatkan
produksi radikal bebas sangat reaktif yang sangat cepat merusak membran sel, menumpahkan
isi, dan muncul seperti menguning
dan pengeringan. Hal ini terjadi dalam waktu beberapa jam di sinar matahari
cerah karena tingkat energi yang
tinggi. Hampir semua tanaman
hijau dipengaruhi oleh paraquat,
sebagai herbisida non-selektif dengan spektrum
luas.
Tipe kedua menghambat transfer energi melalui 'fotosistem
II'. Herbisida jenis ini ('PS II inhibitor') mengikat protein yang terlibat
dalam rantai transfer dan mengurangi efektivitasnya. Hal ini menyebabkan
beberapa pengalihan elektron dengan hasil yang sama, tapi lebih lambat, untuk
paraquat dan memperlambat pertumbuhan karena energi lebih sedikit untuk
fotosintesis. Triazines seperti atrazin dan ureas seperti chlortoluron keduanya
merupakan penghambat PSII, tetapi memiliki MOAs sedikit berbeda karena mereka
mengikat protein yang bersangkutan di tempat yang berbeda.
Jenis
ketiga, penghambat protoporphorinogen
oksidase (PPO), mengganggu
enzim yang terlibat dalam memproduksi
klorofil dan molekul besar lainnya yang penting dalam fotosintesis. Tanpa klorofil daun baru
kuning dan fotosintesis melambat. Namun, penghambat
yang tidak
terpakai menumpuk klorofil
dan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal bebas reaktif yang sangat merusak
spesies daun lebar.
Penghambat
fotosintesis jenis keempat mencegah produksi pigmen daun yang
disebut karotenoid. Biasanya dijumpai sebagai warna musim gugur ketika klorofil hijau telah terdegradasi.
Karotenoid memiliki peran dalam melindungi klorofil dari kehancuran oleh energi yang lebih besar
daripada yang bisa diproses. Herbisida dalam kategori ini memiliki target yang berbeda, tetapi semua menyebabkan gulma yang
diberi perlakuan menjadi memutih.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan
pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan pengganggu yang
menyebabkan penurunan jumlah gulma.
2.
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan
tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negatif.
3.
Terdapat beberapa jenis herbisida
yang menghambat proses fotosintesis, seperti Paraquat, triazine, Phenylureas, uracils, Benzothiadiazoles, Nitriles, Basagran dan Buctril
4. Herbisida menghambat
fotosintesis gulma melalui fotosistem I dan fotosistem II.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
Mode of Action : How Herbicides
Work. Paraquat Information
Center.
Biolucious. 2011. ZPT sebagai herbisida. diakses
melalui http://bioluscious.blogspot.com/2011/04/zpt-sebagai-herbisida.html
pada 23 Oktober 2011
Boerboom, Chris. 2005. Herbicide Mode of Action Key for Injury Symptoms.
Integrated Pest Management. University of Wisconsin-Extension.
Cooperative Extension Service
Kansas State University. 1990. Herbicide
Mode of Action. Manhattan, Kansas.
Direktorat Jenderal Perkebunan-BBP2TP Surabaya. 2011. Suksesi Gulma pada Tanaman Perkebunan. Diakses melalui http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=163:suskesi-gulma-pada-tanaman-perkebunan&catid=14:proteksi&Itemid=25 pada 23 Oktober 2011
Gunsolus, Jeffrey., William S.
Curan. 1999. Herbicide Mode of Action
and Injury Symptoms. North Central Regional Publication 377. University of Minnesota Extension Service.
and Injury Symptoms. North Central Regional Publication 377. University of Minnesota Extension Service.
Institut
Pertanian Bogor. Pengendalian
Gulma Secara Kimiawi. Diakses melalui http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40418/7/BAB7_Pengendalian_Kimiawi.pdf pada 20 Oktober 2011
Rao,
V., S. 1999. Principles of Weed
Science Second Edition. Science Publishers, inc. United States of
America.
Ross, Merrill, Daniel J. Childs. Herbicide Mode-Of-Action Summary diakses melalui http://www.ces.purdue.edu/extmedia/ws/ws-23-w.html pada 23 Oktober 2011
Wikipedia.
Fotosintesis. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis pada 20 Oktober 2011
iron titanium - TITONALD
BalasHapusIron-Titanium-Aristocrat-Liquor.com. titanium bike frame Iron-Titanium-Liquor.com. titanium phone case Iron-Titanium-Aristocrat-Liquor.com. Iron-Titanium-Aristocrat-Liquor.com. titanium dive knife Iron-Titanium-Aristocrat-Liquor.com. titanium pot Iron-Titanium-Aristocrat-Liquor.com. titanium forging