PENGENDALIAN GULMA DI LAHAN SAWAH
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar,
sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu
terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, maka masyarakat akan memperoleh
hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.
Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari
kehidupan bangsa Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas
Indonesia. Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia,
ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum
merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan pangan
nasional menjadi rapuh.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras
baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme
pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam
peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma
berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara
nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 %
(Pitoyo, 2006).
Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh
hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis
dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma,
pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan
perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda
sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian.
Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang
cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan
identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c)
serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan
langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma
dan Yakup, 2002).
1.2
Identifikasi Masalah
1.
Jenis gulma apa saja yang terdapat pada lahan padi sawah
2.
Bagaimana cara pengendalian gulma pada padi sawah
1.3 Maksud
dan Tujuan
Maksud
dan
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang ada di lahan sawah dan
bagaimana cara pengendaliannya.
1.4 Kegunaan
Kegunaan
dari makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mengetahui jenis-jenis gulma yang
ada di lahan sawah serta mengetahui cara pengendalian gulma di lahan sawah
tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Jenis
Gulma pada Padi Sawah
Jenis gulma yang umumnya tumbuh pada
ekosistem padi sawah, adalah gulma yang tahan genangan. Terdapat 33 jenis gulma
yang sering dijumpai tumbuh di pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis
dari golongan rumput, 7 jenis golongan teki dan 16 jenis golongan daun lebar. Namun
demikian beberapa gulma dominan yang perlu diketahui dari tiap golongan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Nama dan Golongan Gulma Dominan di Areal
Persawahan
Golongan Rumput
|
Golongan Teki
|
Golongan Daun Lebar
|
Paspalum distichum
|
Cyperus
difformis
|
Monochoria
vaginalis
|
Echinochloa
crusgalli
|
Cyperus
iria
|
Marsilea
crenata
|
Leersia
hexandra
|
Scirpus
juncoides
|
Limnocharis
flava
|
Leptochloa
chinensis
|
Fimbristyllis
littoralis
|
Spenochlea
zeylanica
|
Berdasarkan kedalaman airnya, sifat
pertumbuhan gulma dikenal dua tipe, yaitu gulma lahan sawah perawakan tegak dan
gulma yang tumbuh menjalar. Salah satu gulma yang tumbuh menjalar ialah Salvinia molesta. Akibat adanya gulma
ini menyebabkan oksigen yang terlarut dalam sawah rendah, intensitas cahaya
rendah, bisa terjadi eutrofikasi (adanya daun-daun tua) yang menyebabkan kadar
CO2 yang terlarut tinggi.
Gulma golongan teki yang terdapat di
pertanaman padi sawah antara lain Cyperus
difformis,
Cyperus kyllingia, Scirpus formicoides, Fimbristylis littoralis
gulma tersebut tidak terlalu menimbulkan gangguan ekonomis, sehingga masih
dapat ditolelir.
Paspalum
distichum
Gulma yang biasa terdapat di padi lahan
sawah basah dan kering, termasuk kedalam golongan rumput, perkembangbiakan
vegetatifnya dengan menggunakan akar stolon, dan gulma ini termasuk gulma yang
menjalar. Pembajakan yang tanggung menyebabkan populasinya semakin menyebar,
hal tersebut dikarenakan ketika dilakukan pembajakan alat perkembangbiakan
vegetatifnya (stolon) terputus dan terbawa. Sehingga menyebabkan gulma tersebut
menyebar ke tempat lain.
Echinochloa
colonum
Merupakan gulma yang biasa ditemui di
lahan sawah basah dan kering. Gulma ini termasuk kedalam golongan rumput,
merupakan gulma semusim, perkembangbiakannya secara generatif yaitu dengan
menggunakan biji. Gulma ini masih satu marga dengan Echinochloa crusgalli (Jajagoan).
Alternanthera
philoxeroides
Gulma ini merupakan gulma yang biasa
ditemui pada padi lahan sawah basah dan kering. Alternanthera philoxeroides merupakan gulma dari golongan daun
lebar, dan perawakannya menjalar. Perkembangbiakan gulma ini secara generatif,
dan merupakan gulma tahunan. Gulma ini di Indonesia banyak tersebar, tetapi di
Malaysia tidak. Sehingga Alternanthera
philoxeroides merupakan gulma karantina.
Cyperus
iria
Gulma ini merupakan gulma yang biasa
ditemui pada padi lahan sawah basah dan kering. Gulma ini merupakan gulma dari
golongan teki, perawakannya tegak, merupakan gulma semusim, dan perkembangbiakan
gulma ini dominan secara generatif. Daya saing Cyperus iria tidak terlalu kuat.
Marsilea crenata
Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl. adalah tanaman yang termasuk kedalam
famili Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora (Steenis,dkk. 2005) (
terjemahan)) adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas,
menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun
menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul,
dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas, pada
air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di temukan di sawah, selokan
dan genangan air dangkal.
2.2 Pengendalian Gulma pada
Padi Sawah
Dalam pengendalian gulma
pada padi sawah setidaknya terdapat 2 teknik pengendalian gulma, yaitu
pengendalian secara langsung (manual, fisik, kultur teknis, biologis, dan
kimiawi) dan pengendalian tidak langsung (undang-undang karantina).
2.2.1 Pengendalian
Langsung
1.
Manual
Pengendalian
dilakukan dari tanam sampai < umur tanaman (± 40 hari) dengan
tangan tanpa menggunakan alat bantu kerja. Biasanya rumput dicabut dengan
tangan lalu dibenamkan dalam lumpur. Untuk jenis gulma yang tidak mati dengan
pembenaman dikumpulkan dan dijemur di pematang sawah hingga kering baru
dibenamkan. Cara ini terbukti efektif, karena dapat mengendalikan gulma yang
berdekatan ataupun dalam rumpun tanaman padi. Kelemahan pengendalian gula
dengan cara ini adalah memerlukan banyak tenaga kerja.
2.
Fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan
dengan jalan:
Ø Pemangkasan
Pengendalian
dilakukan dengan alat bantu kerja yang berupa gasrok atau landak. Cara
pengendalian ini cukup efektif dan cepat, tetapi tidak mampu mengendalikan
gulma yang tumbuh berdekatan maupun di dalam rumpun tanaman padi. Hasil
penelitian pada PTT menunjukkan bahwa penyiangan dengan cara ini cukup efektif
dan bahkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman. Akar rambut yang tua dirusak
oleh alat penyiang sehingga merangsang pertumbuhan akar rambut baru. Akar
rambut baru tersebut dapat menyerap usur hara lebih efisien dari dalam tanah.
Ø Penggenangan
Penggenangan
efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15
- 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena
bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih
dapat hidup.
Ø Pembakaran
Suhu kritis
yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550 C,
tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.
Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi
pada protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk
membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada
sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat.
Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian,
seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan
pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara
kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan
tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama
lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya
ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau
mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak
mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
3.
Kultur
teknis
Ada
beberapa praktek pengendalian gulma secara kultur teknik yang dapat dipilih
berdasarkan kondisi yang paling menguntungkan (Moody dan De Datta, 1982). Berbagai
kultur teknik budidaya padi secara tidak langsung dapat menekan infestasi gulma, diantaranya:
Ø Pergiliran Tanaman
Pergiliran
tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang
tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman
tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis
gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk
pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering
berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun
(misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan
wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran
tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya
tidak senyaman sebelumnya.
Ø Budidaya pertanaman
Pada
budidaya padi pengolahan tanah,
penggunaan benih yang murni (bebas dari benih gulma),
sistem pengairan, dan varietas
padi mempunyai peran dalam mengendalikan gulma secara tidak langsung.
4. Biologis
Pengendalian gulma secara biologis di areal persawahan dilakukan
dengan menggunakan serangga, jamur,
dan bisa juga dari gulma sendiri. Keadaan tumbuh gulma yang
lebat dapat juga dimanfaatkan untuk dapat menekan gulma yang ada di permukaan
tanah. Biji-biji gulma yang ada pada permukaan tanah kekurangan O2 dan kelebihan CO2 sehingga biji gulma
tidak dapat berkecambah. Hal ini disebabkan karena biji gulma di permukaan
tanah terendam oleh air sehingga biji gulma tersebut tidak dapat tumbuh, selain
itu sifat gulma yang dapat
menekan pertumbuhan gulma lainnya adalah cepat dan lambatnya gulma tumbuh di
permukaan air. Walaupun berkecambah tidak dapat menembus (tetap terendam) di
bawah permukaan tanah sehingga tidak dapat menekan pertumbuhan gulma di
permukaan tanah. Misalnya Salvinia
molesta, Azolla pinnata (mengandung 5 % kadar bahan kering gulma). Salvinia molesta mempunyai daya saing
yang rendah terhadap tanaman padi.
Keuntungan
memanfaatkan Salvinia molesta dalam
mengendalikan gulma yang lain ialah Salvinia
molesta hanya memanfaatkan zat hara yang terdapat di dalam air sehingga
tanaman padi tidak terganggu oleh adanya kompetisi hara. Selain keuntungan, terdapat juga kerugian
menggunakan Salvinia molesta sebagai
pengendali untuk gulma lain ialah tidak bisa digunakan untuk Tabela, mengambang
di permukaan air.
5. Kimiawi
Penggunaan
herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di lahan persawahan harus dilakukan secara
hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6 (enam) tepat, yaitu:
- Tepat mutu
- Tepat waktu
- Tepat sasaran
- Tepat takaran.
- Tepat konsentrasi
- Tepat cara aplikasinya
Selain itu,
harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman bagi lingkungan.
Untuk itu, herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya (kontak atau
sistemik), selektivitasnya (selektif atau tidak selektif), dan waktu
aplikasinya (pra-tumbuh atau pasca-tumbuh).
a.
Cara
kerja herbisida
Ø Herbisida
kontak
-
Herbisida ini hanya
mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian
yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
-
Keistimewaannya, dapat
membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu
dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu
penanaman harus segera dilakukan.
-
Kelemahannya, gulma
akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh
herbisida kontak adalah paraquat.
Ø Herbisida sistemik
-
Cara kerja
herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan
sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
-
Keistimewaannya,
dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat
pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat,
sulfosat.
b. Selektivitas
herbisida
Ø Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Contoh : Herbisida
propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita, sedangkan herbisida 2,41D amina
membasmi gulma berdaun lebar dan teki.
Ø Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi
gulma sekaligus tanamannya.
Contoh : Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan
tanaman yang mengandung butir hijau daun.
Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga
takaran yang digunakan. Semakin tinggi takaran yang digunakan, akan semakin
berkurang selektivitasnya.
c. Waktu aplikasi
herbisida
Waktu aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan
tujuan dan sasarannya. Herbisida untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan
herbisida untuk pemeliharaan (pra-tumbuh dan pasca-tumbuh) berbeda
penggunaannya.
Ø Pra-tanam adalah herbisida di semprotkan kepada gulma
yang sedang tumbuh sebagai penyiapan
lahan sebelum tanam.
- Jenis herbisida yang digunakan biasanya herbisida
tidak selektif,
- Aplikasi herbisida dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam padi
Ø Pra-tumbuh, herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma
dan tanaman berkecambah, atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum
berkecambah tetapi tanaman sudah tumbuh.
Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari
setelah pengolahan tanah (sebelum atau setelah tanam).
Ø Pasca-tumbuh, aplikasi herbisida ini dilakukan pada
gulma dan tanaman sudah tumbuh.
- Aplikasi
herbisida pasca-tumbuh untuk penyiangan dilakukan pada 2-3 minggu setelah tanam
padi,
- Gulma tumbuh
sudah berdaun 2 - 4 helai.
- Contoh :
Herbisida 2,4-D amina, takaran 1,5 liter/ha.
- Aplikasi
herbisida pasca-tumbuh untuk penyiapan lahan dilakukan pada 2-4 minggu sebelum
tanam padi. Herbisida yang dipakai adalah herbisida tidak selektif, sebagai
Contoh adalah herbisida glifosat takaran
4-6 liter/ha.
2.2.2
Pengendalian
Tidak Langsung
Pengendalian
gulma secara tidak langsung ialah dengan membuat undang-undang karantina hal
ini dimaksudkan agar gulma dari luar tidak masuk ke dalam suatu daerah, selain
itu juga dengan menggunakan varietas unggul, pemupukan yang berimbang, dan
menggunakan bahan tanam atau alat-alat pertanian yang bebas dari biji gulma.
.
DAFTAR PUSTAKA
Balitpa.
2004. Pengendalian Gulma pada Lahan
Sawah. Balitpa Sukamandi.
IRRI.
1996. Standard Evaluation System for Rice.
Manila Filipina.
Jasin.
1992. Zoologi Invertebrata untuk
Perguruan Tinggi. Penerbit Sinar Wijaya, Jakarta.
Moenandir.
1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan
Gulma. Rajawali Press Jakarta.
Sery,
A.R., Sunarsi, Idris. 2006. Pengelolaan
Keong Mas (Pomacea canaliculata) untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi
Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/isdp0102.pdf diakses
tanggal 11 Mei 2011
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40418/11/BAB11_Gulma_Pangan.pdf diakses tanggal 11 Mei 2011